Sabtu, 07 Februari 2015

HUBUNGAN ANTARA ATLANTIS, INDONESIA, DAN NABI NUH AS.

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bagi teman-teman yang telah membaca buku Atlantis:
"The Lost Continent Finally Found" tentu mengetahui cerita tentang
Peradaban Atlantis yang
tenggelam di Indonesia, tepatnya
di Selat Sunda di mana Gunung Krakatau terbentang. Di sanalah
pusat legenda Atlantis yang hilang, sebagaimana spekulasi atau tepatnya penelitian yang
akhir-akhir ini muncul dari
seorang Arysio Santos, seorang
geolog dari Amerika Latin, penulis
buku tersebut.

Cerita Arysio Santos ini telah memperkuat ujaran filsuf Yunani
kuno, Plato (427 - 347 SM), yang
menulis kisah-kisah Peradaban
Atlantis dalam bukunya yang
berjudul Critias dan Timaeus.
Cerita Plato itu pada mulanya dianggap sebagai mitos yang
menghayalkan tentang peradaban besar yang sangat canggih di masa lalu, sekitar 11.000-12.000 tahun lalu. Salah satu kisah yang diceritakan Plato ada di buku Timaeus yang
menyatakan bahwa di hadapan selat Mainstay Haigelisi ada sebuah pulau yang sangat besar.
Dari pulau tersebut, orang-orang
bisa bepergian menuju pulau lain.
Pulau yang dikelilingi oleh laut
atau samudera itu adalah Kerajaan Atlantis. Sebelum pulau yang di atasnya adalah Kerajaan Atlantis itu
tenggelam, pimpinan kerajaan
berencana akan melakukan
ekspansi melalui perang besar
dengan Athena. Rencana yang
didukung oleh kecanggihan itu tiba-tiba saja sirna sebelum
terlaksana, sebab di luar dugaan
Atlantis mengalami gempa bumi
dan banjir yang dahsyat. Kurang
dari sehari semalam, pulau itu
tenggelam di dasar laut. Begitulah kisah Kerajaan Atlantis yang
besar itu dan memiliki peradaban
tinggi itu lenyap seakan tak ada
jejaknya.

Berkaitan dengan kisah tersebut, Tim Studi Bencana Katastropika
Purba yang diinisiasi tim Staf
Khusus Presiden Indonesia dan tim
ahli gempa, tsunami, serta ahli
geologi telah merekomendasikan
beberapa hasil temuan penelitian mereka untuk menjadi cagar
budaya. Tim ini menemukan
sebuah sisa peradaban kuno yang
sudah terbenam di dasar laut
(vivanews). Lalu, benarkah
mereka menemukan sisa-sisa peradaban Kerajaan Atlantik?
Kita tunggu saja. Penelitian yang dilakukan itu, ternyata merupakan riset atau uji materi untuk kasus yang sama sekali baru, yaitu pembuatan katalog tsunami dan pemetaan potensi gempa pembangkit
tsunami, terutama yang pernah terjadi dalam waktu-waktu
lampau.

Usaha penelitian ini
sangat menarik, sebab menambah
informasi kebencanaan yang
semakin luas dan akurat. Hanya
saja, kita perlu mencoba berpikir agak normatif dalam menanggapi
masalah ini. Jika kita mempercayai
ujaran Plato dan Arysio Santos,
mengapa kita tak meyakini firman Allah swt. tentang Nuh dalam al-
Qur'an, terutama bagi masyarakat muslim. Jika kita mau berpikir atau membaca al-Qur'an dengan ilmu
yang integral, terutama membaca
sejarah Nabi Nuh dan arkeologi
Kerajaan Atlantis, tidakkah
ditemukan benang merah bahwa
potensi bencana besar itu cenderung lebih banyak di wilayah
yang memiliki kekayaan alam
melimpah. Sebagaimana dikisahkan saksi kehidupan Kerajaan Atlantis,
Inggrid Benette, bahwa
Peradaban di pulau Atlantis itu
lenyap disebabkan oleh
keserakahan dan kebejatan
segelintir orang di Kerajaan Atlantis. Bahkan, kisah Inggrid Benette yang mirim novel kahayalan itu juga mengisahkan ada sebagian orang Atlantis yang dapat melakukan transplantasi kawin silang antara hewan dan manusia, demi keharmonisan alam,
dan sebagian melupakannya
untuk tujuan seks.

Kisah tersebut tentu tak jauh beda dengan kaum Sodom pada masa Nabi Lut yang melampiaskan nafsu seksnya kepada sesame jenis. Model pembacaan semacam ini seharusnya dilakukan oleh para
ahli agama untuk mengubah
paradigm parsialis tentang
agama, alam, dan ilmu. Teman-teman boleh saja mencaci bahwa pemikiran semacam ini mengada-ada. Namun, perlu diingat,
"Innama amruhu idza arada syaian anyakula lahu kun fayakun-(Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.)-(Yasin [36]:
82).

Profesor Arisiyo Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Ini adalah kesimpulan setelah meneliti selama 30 tahun. Sebuah waktu yang tidak
sebentar hingga memunculkan kata akhir ini. Sebenarnya saya
sendiri belum terlalu tertarik
dengan bahasan Atlantis ini.
Maklum, selama ini kesannya
hanya dalam tataran teori, serta
mengarah kepada sesuatu yang fiksi. Apalagi banyak yang
membahas atlantis terlalu erat
dengan simbol-simbol yang agak
sulit dicerna dinalar dengan akal
terbatas ini.

Tetapi setelah seorang saudara
yang saya tahu cukup mumpuni
dalam bidang pengetahuan dan
strategi sedang membaca buku
tulisan Pak Santos tersebut
serta mengajak diskusi, saya jadi tertarik. Pasalnya, dengan
beberapa dugaan kuat, kaitan
Atlantis dengan Indonesia yang
menurut Pak Santos ini semua 53
ciri-cirinya terpenuhi,
kemungkinan besar adalah erat juga dengan peristiwa banjir
besar yang terjadi pada masa
kenabian Nabi Nuh Alaihis Salaam.

Mengapa sampai kepada dugaan
itu ? Apa yang bisa mengarahkan
ke sana ?

Pak Santos sendiri dalam
bukunya memang tidak
menyebutkan kaitan Nabi Nuh
dengan Atlantis maupun
Indonesia. Bahkan ybs nyaris
tidak menyinggung Nuh sama sekali. Apalagi yang dibahas
dalam buku tersebut lebih
banyak merujuk kepada mitologi
Yunani, Romawi, Inca Maya Aztec,
serta mengkaji dari literatur
kitab suci agama Hindu. Adapun kitab Injil, dan rujukan Yahudi
berupa Talmud hanya dibahas
sedikit, tetapi tidak membahas
sama sekali dari Quran.

Kembali ke Quran, yang memang
ada beberapa kali membahas
tentang peristiwa Nabi Nuh ini,
memang tidak disebutkan
penyebab mengapa air bisa naik,
banjir plus hujan yang bahkan saking tingginya hingga
menyebabkan gunung-gunungpun
tersapu air dan tidak bisa
dijadikan tempat untuk
berlindung.

Melalui pemaparan Pak Santos,
disebutkan bahwa peristiwa
tenggelamnya benua Atlantis
berlangsung sekitar 11600 tahun
yang lalu. Peristiwa ini selain
menyebabkan Atlantis lenyap, juga membinasakan sekitar 20
juta penduduknya yang saat itu
sudah dalam kebudayaan yang
modern. Adapun untuk penduduk
yang masih bisa selamat,
menyelamatkan diri menggunakan perahu. Peristiwa
migrasi dengan perahu ini juga
digambarkan dalam simbol-simbol
suku Mesir kuno, Inca Maya
Aztec dan beberapa tradisi kuno.

Karena besarnya peristiwa ini,
zaman es pleistosen yang saat
itu terjadi selama beberapa ribu
tahun menjadi berakhir. Es yang
selama itu melingkupi mayoritas
permukaan bumi mencair karena tertutup abu. Abu hasil letusan
pilar Herkules yang setelah
diteliti lebih lanjut secara literal,
khususnya karya Plato, menurut
Pak Santos adalah gunung Krakatau purba.

Adapun pilar Herkules yang lainnya adalah gunung Dempo. Dahsyatnya letusan Krakatau ini memutuskan pulau Jawa dan Sumatera, menyemburkan air yang berada di dekatnya ke angkasa sehingga menimbulkan hujan besar dan badai, menimbulkan tsunami, mencairkan
es, dan menaikkan permukaan
air laut hingga 200-an meter.
Akibat langsungnya Atlantis
tenggelam sekitar 150 - 200
meter. Jika dalam quran, peristiwa nabi Nuh ini disebutkan sebagai ayat
atau pertanda untuk semesta
alam.

Mungkin sedikit pemaparan
ringkas ini kurang pas dan tidak
bisa dipahami. Sehingga ada
baiknya bila kawan2 membaca
sendiri buku setebal enam
ratusan halaman tersebut, serta membandingkan dengan isi quran
maupun injil tentang peristiwa
Nabi Nuh. Beberapa ciri yang disebutkan oleh Pak Santos dari literatur tulisan Plato adalah sbb : Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Adapun bukti
bahwa tenggelamnya hanya di
kisaran 200 meter, diyakini oleh
Pak Santos dari peta Bathymetri
Indonesia yang memiliki perairan
dangkal di sekitar pulau-pulaunya khususnya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Saya pernah mendengar dari
kawan bahwa memang ada
kontroversi tentang hal ini
bahkan sampai dibukukan. Namun
sayangnya saya belum pernah
membaca buku tersebut. Keyakinan Pak Santos akan Indonesia sebagai Atlantis ini menguat setelah terjadinya tsunami besar yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu.

Sayangnya, sebelum beliau sempat berkunjung ke Indonesia,
keburu meninggal di pertengahan
2005. Untuk membuktikan klaim
ini, Pak Santos menyarankan
agar melakukan penelitian bawah
laut di kedalaman 150 - 200 meter di perairan Indonesia,
khususnya di lautan Jawa. Bila memang pada akhirnya
terbukti Atlantis = Indonesia,
menurut Pak Santos ini akan
menjungkirbalikkan klaim dunia
Barat khususnya Eropa bahwa
segala kebudayaan dan kemajuan berasal dari sana. Juga
menjungkirbalikkan teori
tumbukan meteor yang
menghantam bumi sehingga
mengakibatkan terjadinya awal
zaman es (padahal Gunung Toba meletus 75 ribu tahun silam),
serta menyebabkan zaman es
berakhir (padahal Gunung
Krakatau yang meletus). Jadi Bapak Ibu guru harus
segera merevisi penjelasannya
kepada anak murid, bahkan
termasuk teori evolusi yang
diangkat oleh Darwin ditentang
habis-habisan oleh Pak Santos. Pak Santos ini juga menyayangkan terpisahnya kajian dunia agama dengan dunia
pengetahuan, padahal erat
kaitannya.

Keterangan lebih lanjut, silahkan
kunjungi website http://www.atlan.org
karena penulisan saya hanya
singkat dan errornya besar.

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Tidak ada komentar: